Selasa, 11 Desember 2007

UNICEF Sudah Serahkan 23 Unit Sekolah Di Pantai Barat

MEULABOH, Aceh Barat: Sampai dengan 11 Desember 2007, sebanyak 23 unit sekolah telah selesai dibangun kembali oleh UNICEF dan diserahterimakan kepada pemerintah kabupaten dan masyarakat dikawasan pantai barat Aceh.

Bangunan sekolah itu, terdiri dari 9 unit sekolah di Kabupaten Aceh Jaya, 9 sekolah di Aceh Barat dan 5 sekolah di Nagan Raya. UNICEF berkomitmen membangun kembali 109 unit sekolah diwilayah pantai barat bagian dari 346 uni di Aceh dan Nias.

Sejumlah 35 sekolah berlokasi di Aceh Jaya dan 24 sekolah di Aceh Selatan dan Aceh Singkil. UNICEF puusatkan perhatian pembangunan sekolah tahan gempa, ramah anak, peningkatan kualitas pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam pemeliharaan sekolah.

Bangunan sekolah SDN Suak Seumaseh, Kecamatan Samatiga diserahkan kepada Pemkab Aceh Barat dan masyarakat setempat, Senin (10/12) sedangkan SDN Translok Sp 6, Kecamatan Meureubo diserahkan Selasa (11/12) kepada pemkab yang sama.

Sekolah-sekolah yang diserahkan tersebut adalah bagian dari 50 unit sekolah yang dibangun UNICEF di wilayah Aceh Barat dan Nagan Raya. Sekolah-sekolah itu dilengkapi perangkat belajar mengajar sampai perlengkapan olah raga.

SDN Suak Seumaseh dan SDN Translok Sp 6 masing-masing terdiri atas 3 bangunan utama yang terdiri dari 6 kelas, 1 ruang majelis guru, 1 ruang perpustakaan serta kamar kecil yang terpisah untuk murid laki-laki dan perempuan, yang masing-masing dilengkapi oleh 5 toilet dan 3 wastafel. (***)

Senin, 10 Desember 2007

Jurumudi Kapal Dilatih Nautika

BANDA ACEH: Sebanyak 20 jurumudi dan jurumotor kapal di Banda Aceh dan Aceh Besar mendapat pelatihan nautika dan Ujian Kepelautan Surat Kecakapan Ketrampilan (SKK) 60 Mil di Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Ladong.

Pelatihan itu berlangsung selama dua pekan, sejak Senin (10/12) lalu. Sementara Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias membantu peralatan laboratorium untuk SUPM Negeri Ladong, Aceh Besar, senilai Rp.550 juta.

Dalam pelatihan jurumudi dan jurumotor kapal itu ditatar mengenai kebijakan pembangunan perikanan, navigasi biasa, ilmu pelayaran datar, menjangka peta, semboyan dan komunikasi, keselamatan dasar, hukum maritim.

Mereka juga akan diberi pengetahuan teknik penangkapan ikan dengan menggunakan peralatan modern. Para peserta dibagi dalam dua kelompok, yaitu di bidang nautika (pelayaran) dan teknika.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Peralatan dan Perikanan Aceh, Endin Syafruddin AP, mengatakan pelatihan itu bertujuan untuk memperkenalkan aturan yang benar tentang kegiatan pelayaran, khususnya dalam hal kegiatan penangkapan ikan.

Ada masalah hukum yang harus dipatuhi para nelayan saat hendak melayar. "Dengan sertifikat SKK 60 mil, jurumudi dan jurumotor tidak saja mengetahui tentang ilmu kelautan dan perikanan, tapi juga pengetahuan dasar keselamatan saat melaut,"sebutnya.

Endin yang mebuka pelatihan yang digelar Satker Pemberdayaan Ekonomi dan Usaha BRR, mengatakan SKK 60 mil penting dimiliki para jurumudi dan jurumotor di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Karena pada tahun 2008 akan diberlakukan surat izin berlayar dan surat izin mengemudi kapal, khususnya yang akan kapal yang beroperasi dan singgah di Pelabuhan Lampulo Banda Aceh.

Menurutnya, Syahbandar Pelabuhan Pendaratan Ikan Lampulo tidak akan menolerir nelayan lalu lalang atau bersandar di pelabuhan itu tanpa izin yang jelas.

Sementara bantuan untuk SUPM Negeri Ladong, berupa peralatan instalasi laboratorium basah, laboratorium komputer, laboratorium pengolah ikan, laboratorium bengkel dan laboratorium teknologi pakan ikan. Serta satu unit alat simulator tuna long line. (***)

Rabu, 05 Desember 2007

Rumah Asbes Bantuan Bakrie Dihancurkan Warga

Sedikitnya lima unit rumah bantuan korban tsunami dari 204 unit yang dibangun Bakrie Peduli Untuk Negeri di Desa Deyah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, dihancurkan dan dibakar warga, Rabu (5/12).

Dari lima unit rumah yang dihancurkan warga itu, tiga unit diantaranya merupakan rumah contoh yang dibangun disamping kanan Masjid desa setempat. Sedangkan dua unit rumah warga yang dijebol kemudian dibakar berada disebelah kiri masjid.

Sebelum aksi pengrusakan rumah tersebut, sejumlah warga telah mendatangi kantor BRR Aceh-Nias, untuk mempertanyakan kembali komitmen BRR untuk mengganti rumah asbes tersebut dengan rumah permanen sebagaimana dituangkan dalam nota kesepakatan bersama.

Kesepakatan itu ditandatangani, Geusyik Deyah Raya, Irfan, mewakili Deputi Perumahan BRR Aceh-Nias, Wisnubroto, Pimpinan DPRK Banda Aceh, Mukminan serta Kepala Regional I BRR Aceh-Nias, Ruslan Abdu Gani, pada tanggal 27 April 2007 lalu.

Geusyik Deyah Raya, Irfan, kepada wartawan mengatakan BRR belum memberikan keputusan menyangkut tindak lanjut kesepakatan dengan warga Deyah Raya, bahwa rumah asbes tersebut akan diganti dengan rumah permanen yang lain.

Pihak BRR Aceh-Nias menyampaikan bahwa rumah bantuan tersebut tidak boleh dibongkar, sehingga warga kecewa. Akhirnya warga pulang dan menghancurkan tiga unit rumah contoh dan dua unit rumah untuk warga lainnya.

Setelah lima unit rumah tersebut dihancurkan dan dibakar, Geusyik Irfan kemudian mengumpulkan warga dan meminta mereka untuk tidak melanjutkan lagi aksi pengrusakan dan pembakaran rumah yang dibangun dengan asbes tersebut.

Menurut Geusyik Irfan, setelah rumah tersebut diresmikan Aburizal Bakrie yang dihadiri sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu, sebagian besar warga tidak mahu menempatinya karena takut dampak zat asbestos yang membahayakan kesehatan.

Cukup Tinggi

Laporan hasil analisis penggunaan asbes sebagai bahan bangunan rumah korban gempa-tsunami yang dilakukan tim investigasi asbes Dewan Pengawas BRR Aceh-Nias, telah merekomendasikan sedapat mungkin material asbes pada perumahan yang dibangun Bakrie Group diganti dengan material yang lebih aman.

Hal itu mengingat kandungan Chrysotile pada perumahan Bakrie cukup tinggi (mencapai 20 persen), serta demi mempertimbangkan aspek preventif dan tidak terjadi keresahan didalam masyarakat. Dan pembongkaran harus dilakukan sesuai prosedur.

Dari hasil analisis laboratorium yang diperoleh, bahwa bahan yang ada pada dinding untuk perumahan Bakrie Group mengandung lebih kurang 16,27 persen chrysotile. Sedangkan untuk plafonnya mengandung 20,26 persen chrysotile.